Jumat, 25 Maret 2011

BELAJAR MOTORIK

BELAJAR MOTORIK

 Belajar 
       Istilah belajar merupakan perbendaharaan kata yang biasa bagi setiap orang. Kata ini sering digunakan dan diterapkan pada berbagai kepentingan.  Selama hidup ini kita telah belajar segala sesuatu, meliputi perilaku yang dapat diamati secara langsung seperti gerakan dan verbal performance, serta perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung, yang digolongkan dengan emosi, nilai, dan sikap. 
      Belajar adalah perbuatan manusia yang nampaknya menjadi kebiasaan hidup manusia.  Pada umumnya, manusia belajar sepanjang hayatnya melalui berbagai sumber dan sarana.  Ditinjau dari caranya, orang dapat belajar secara formal, non formal, dan in formal.  Ditinjau dari tempat belajarnya, belajar dapat dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah.  Belajar secara formal biasanya diartikan belajar di sekolah atau perguruan tinggi, sedangkan belajar non formal lebih ditekankan pada belajar di suatu lembaga bukan sekolah, umpamanya kelompok belajar.  Belajar in formal biasanya diartikan belajar tak sengaja, umpamanya karena sering melihat suatu kejadian, akhirnya dapat melakukan dengan baik.
      Belajar tidak selamanya menghasilkan hal-hal yang benar, namun sering juga hal-hal yang tidak benar, tidak selamanya merupakan upaya yang disengaja dan disadari, dan tidak selamanya berurusan dengan hal-hal yang nampak, tetapi juga berurusan dengan hal-hal yang tidak nampak.  Mengendarai mobil dengan lancar, terkenang akan tempat menyenangkan, membenci atau menyayangi atasan atau boss merupakan ungkapan hasil belajar.  Oleh karena itu, belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, bukan saja upaya mengetahui hal-hal di luar diri manusia, tetapi juga merupakan upaya mengetahui dirinya sendiri.
      Oleh karena belajar merupakan bagian penting dari manusia yang berlaku untuk setiap orang dalam setiap kesempatan, maka definisi tentang belajar bisa bermacam-macam.  Namun demikian, sebagai acuan studi ini, di bawah ini dikemukakan beberapa batasan belajar. Sumadi Suryabrata (1974) menyatakan, bahwa belajar merupakan upaya yang sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik yang berupa pengetahuan, maupun keterampilan.  Singer (1968:3) lebih lanjut menyatakan, bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang realatif tetap yang disebabkan praktek atau pengalaman lampau dalam suatu situasi tertentu. Bigge (1982:1) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan yang bertahan lama dalam kehidupan individu dan tidak dilahirkan atau didahului oleh warisan keturunan.
      Merujuk kepada  ketiga batasan tersebut dapatlah dinyatakan bahwa belajar mempunyai karakteristik sebagai berikut :
  1. belajar selalu mengandung perubahan yang berurusan dengan pribadi seseorang, atau secara khusus, perubahan tingkah laku, perilaku, atau behavior. 
  2. belajar merupakansuatu upaya atau pengalaman dalam suatu situasi tertentu. 
  3.  belajar itu merupakan upaya yang dilaksanakan secara sengaja.
      Bagi penganut aliran humanisme, perubahan yang terjadi akibat belajar menyangkut pribadi seseorang secara keseluruhan.  Perubahan itu bersifat individualistis.  Bagi penganut aliran behaviourisme, perubahan itu meliputi perilaku, khususnya perilaku yang dapat diamati.  Pada dasarnya, aliran ini tidak menaruh perhatian terhadap perilaku yang tidak nampak, seperti senang, sedih, sadar, ataupun fantasi.  Segala perilaku manusia sejauh mungkin diterjemahkan kepada perilaku yang dapat diamati, umpamanya berfikir, pada dasarnya percakapan dengan dirinya sendiri. Kedua pandangan ini membawa perbedaan dalam mendekati cara belajar dan mengajar.
Mengajar
      Mengajar merupakan kegiatan yang banyak berhubungan dengan belajar itu sendiri.   Oleh karena belajar merupakan kepentingan setiap orang, maka kegiatan mengajarpun menyangkut banyak orang dalam kehidupan manusia.  Ibu mengajar anak-anaknya, guru mengajar murid-muridnya, kepala kantor mengajar anak buahnya dan seterusnya.  Oleh karena, kegiatan mengajar dapat dikerjakan oleh setiap orang pada setiap kesempatan.  Dengan demikian mengajar itupun mempunyai batasan yang macam-macam. 
      Gage (1977:14) menyatakan bahwa, "By teaching I mean any activity on the part of one person intended to facilitate on the part of another".
     Lebih lanjut dinyatakan pula, bahwa mengajar tidak selamanya menggunakan bahasa, mengajar dapat pula dilaksanakan dengan demonstrasi tanpa bahasa atau dengan model untuk ditiru murid-murid.  Mengajar dapat pula bertujuan membina siakp dan nilai-nilai di samping perkembangan intelek ataupun akal murid-murid.  Mengajar dapat menerapkan berbagai metode mengajar sesuai dengan pandangan orang yang mengajar.
      Gage (1970) membatasi kegiatan belajar itu sebagai kegiatan menyusun dan menyajikan bahan belajar yang layak dan bersifat eksternal kepada murid-murid.  Kegiatan ini meliputi:
  1. mengadakan komunikasi verbal untuk memberitahukan murid-murid tentang apa yang akan dicapai.
  2. mengingatkannya tentang apa-apa yang telah diketahui murid-murid.
  3. mengarahkan perhatian dan tindakan murid-murid berfikir dengan cara-cara tertentu.
      Terdapat beberapa aspek penting dalam kegiatan mengajar, yaitu menciptakan kondisi belajar atau lingkungan belajar yang memungkinkan siswa lancar dan efektif belajar, terdapat informasi yang berupa verbal atau model lain seperti gerak yang disampaikan, dan upaya mengajar mengarahkan dan membimbing siswa ke arah yang dikehendaki, dan terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah menilai hasil blajar siswa.  Semua aspek tersebut dapatlah diterjemahkan ke dalam suatu pengertian yang populer yaitu metode pengajaran.  Setiap metode pengajaran mempunyai kekuatan dan kelemahannya.  Oleh karena itu efektivitas metode pengajaran sangat bergantung pada kemampuan mengajar guru, siswa, ldan ingkungan atau situasi yang terjadi pada saat proses belajar itu berlangsung.
Motorik
       Motorik adalah kata sifat dari motor yang mempunyai pengertian gerak.  Gerak merupakan unsur hakiki dalam kehidupan dan hadir dalam setiap bidang kehidupan.  Bila seseorang bergerak maka orang itu mengkoordinasikan aspek rohani maupun jasmaninya.  Oleh karena itu, gerak dalam diri manusia bukan semata-mata peristiwa jasmaniah tetapi juga sekaligus merupakan peristiwa rohaniah. Dengan demikian, setiap orang yang berhubungan dengan gerak, sepatutnyalah memahami segala proses gerak itu agar dapat secara efisien memanfaatkan komponen gerak dalam mencapai tujuan hidup manusia.
            Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar seperti yang telah dikemukakan di atas, dapatlah dinyatakan bahwa motorik dalam hal ini mengacu kepada perubahan perilaku atau tingkah laku manusia.  Dengan perkataan lain dapatlah dinyatakan, bahwa obyek dari upaya belajar mengajar adalah perilaku yang nampak bergerak.  Sebab, pada dasarnya gerak secara batiniah atau internal terus berlangsung secara berkelanjutan.  Secara jasmaniah atau eksternal gerak berubah karena pengalaman masa lampau, lingkungan sekitarnya, dan situasi pada saat gerak itu akan dan sedang berlaku.
Dan akhirnya dapatlah disimpulkan secara umum, bahwa belajar mengajar motorik, adalah upaya-upaya dengan sengaja mengubah perilaku motorik melalui kondisi dan situasi yang sengaja diciptakan agar proses perubahan itu menjadi efektif dan efisien.




1 komentar: